Friday, February 10, 2012

Dua Selebrasi

[ sumpah, ini fiksi. Percayalah :) ]

Hari ini aku ingin merayakan dua tahun bekerja di Jakarta.
Ehmm... Sebenarnya ada dua momen yang aku selebrasi. Atu-atu ya.

Pertama, Surat Keputusan sebagai pegawai tetap ditandatangani Bos Besar pagi tadi. Siangnya, jelang rolasan, aku dipanggil ke lantai 5, markas Direktur Keuangan dan HRD

"Selamat ya," kata Bos pendek namun dengan senyum merekah. Pertemuan 3 menitan itu berlanjut ke ruangan HRD, tanda tangan berkas ini itu yang telah siap semingguan ini.

Jadilah aku, si Dwita akuntan madya. Gaji? Double digit lah qeqeqe. #ngarep

Balik ke bilik kerja, perayaan pengangkatanku oleh teman-teman satu divisi cukup lewat senyuman dari masing-masing partisi. Hening tanpa ucapan lisan "selamat ya".

Namanya juga departemen finance, lebih senyap dibanding perpustakaan tapi masih kalah dari TPU :).

+++
Selebrasi kedua adalah aku makin jatuh cinta.

Ah, sebenarnya aku sudah menyukai lelaki itu berbulan lalu. Tapi entahlah, aku ingin merayakannya. Sendiri.

Sepulang kerja, masih ada waktu sejam - dua jam buat mampir ke Gramedia, Plaza Semanggi.

Segera aku jejaki tangga eskalator ke lantai dua. Aku hapal persis, Kumpulan Cerpen "Seribu Kunang-kunang di Manhattan"-nya Umar Kayam di baris rak ketiga dari ujung kanan.

Aku sudah beberapa kali melewati deretan koleksi itu, mencomot dan membacanya sekilas dan mengembalikannya lagi. "Nanti sajalah," batinku sebulan kemarin sambil menenteng buku-buku resep masakan.

Tetapi, kali ini aku mencomot satu buku itu, memeriksa kerapian cetakan tanpa membacanya dan segera menuju kasir.

Di kamar kos, usai mandi dan sholat maghrib, punggunggku segera beradu dengan sandaran sofa lesehan. Kaki selonjor dengan asap cokelat panas Van Houten mengepul.

Inilah perayaanku. Menggenggam buku yang sama dengan yang dia miliki. Mungkin seperti sentimentil. Atau obsesif, ingin membaca buku yang sama persis.

Ah, aku menolak jika disebut obsesif. Toh, aku juga sudah punya buku ini tetapi sengaja aku tinggal di perpustakaan rumah di Jogja.

Aku hanya kangen membacanya lagi. Menikmati tuturan runtut khas Umar Kayam.

Juga, ehm, menikmati perasaan jatuh cinta yang dialurkan Guru Besar Sastra UGM itu dalam cerpen-cerpennya di buku itu.

+++
Ujug-ujug, ketika jemariku membalik lembar keduanya bagian cerpen "Sri Sumarah", Samsung-ku berdering.

Waksss... Bukan kaget tapi tepatnya kegirangan. Dia menelponku!

"Nggak deadline po?" kataku spontan sambil melirik jam dinding. Bukannya "Halo" atau "Hai".
Anjritttt... Rutuk batinku. Ya sudahlah, namanya juga ditelpon orang yang kita sukai. SalTing lah.

"Enggak, wis rampung kok. Selamat ya!"
"Lho kok tahu?" ini pertanyaan bodoh keduaku.
"Lha kemaren kan kamu cerita. SK keluar hari ini," katanya dari ujung sana. Telapak tanganku mendarat di kening. Tepok jidat!

"Lagi ngapain?" dia bertanya
"Baca buku. Barusan beli Kunang-kunang...."
"Ohh...," sahutnya pendek. Lantas kami terdiam.

Tik tak tik tak, jeda 8-10 detik bagiku terlalu lama tanpa suaranya.

"Ehmmm... Kalau kamu pengen buku-buku kayak gitu, aku pinjemin aja. Ga usah beli," ujarnya menawariku.

Andai saja dia di depanku, pasti dia lihat pupil mataku membesar dan jemariku memainkan rambut. Mauuuu... Batinku sih :)

"Kapan-kapan aku anterin ke kosmu deh. Pengen baca lagi "Mangan ora Mangan Ngumpul" lagi to?" katanya memberondongku.

Aku tersenyum. Bola mataku menyudut ke kiri atas. "Iiyaaa..." Sahutku terselip manja.
Punggungku makin rapat ke sofa, lutut yang tadi selonjor kini tertekuk ke dalam. Jariku masih memainkan rambut.

Lantas kami berbalas obrolan tentang hari ini, lalu berbincang tentang Pak Kayam dan karyanya, balik lagi ke soal hujan siang tadi. Lalu ke menu makan siang tadi dan kerjaannya di petang hari.

"Lancar kan?" tanyaku.
"Alhamdulillah, beres. Tapi agak pusing nih dari tadi. Pusing sebelah," tuturnya melirih.

"Migren?"
"Kayaknya sih. Tapi udah mendingan kok."
"Dah minum obat?" aku berharap begitu.

"Belum, nggak pa-pa..."
"Makin berat lho nanti kalo migren," tukasku.

"Nggak apa-apa. Kan pusingnya sebelah kiri. Yang kanan kan masih bisa mikirin kamuh...hahaha!" katanya tergelak karena berhasil membuatku sempat was-was.

++
[Rawabelong, Jakarta Barat, Jumat 10 Feb 2012, 01.00 wib ]

3 comments: