Sunday, September 2, 2012

Yess!! Lari 10 km





Akhirnya saya sakksess melewati program adaptasi lari pasca bulan puasa kemarin.

Program dan jadwalnya sudah ditulis di sini

Alhamdulillah berkat disiplin dan tidak terburu-buru langsung tancap gas, saya tidak sampai pegal-pegal dan kram.

Malah, dari soal waktu, terus membaik, dari 30 menit, lanjottt ke 45 menit dan menjadi 50 menit. Jarak juga makin terentang. Awalnya hanya 5 km lalu 7-8 km, kemudian 9 km dan kemarin tembus 10 km #banggasedikitpamer :)


Meskipun terus terang, ketika saya berlari di awal-awal, sangat tergoda untuk segera memacu lari . Sebaliknya, saya malah memilih untuk meredam gejolak #cieee.... dan bahkan berjalan kaki dulu di hari pertama dan kombinasi jalan serta lari di hari berikutnya.

Soal begitu kuatnya godaan dan pentingnya disiplin, ada cerita kecil dari temen saya. Seorang kawan berniat memulai lagi hobi lari, dia sudah paham bahwa untuk memulainya mesti adaptasi. Meski sudah sangat tahu risiko langsung tanjap gas alias tanpa adaptasi, dia tetap saja melaju.

Tanpa periode adaptasi, malah minim pemanasan dan peregangan. Hasilnya, betis kram dan paha nyeri. Duduk di kursi kantor pun, mak sengkriingggg. Apalagi naik tangga dan menyetarter motor pake injakan kaki. Hadeuuhhhh. Nah lo... Itulah betapa kuatnya godaan tadi :D

Balik soal program lari saya. Tidak semua jadwal lari dilakukan di jalanan atau ruang terbuka. Beberapa kali kesiangan, saya lari di dalam rumah hingga teras. Tak perlu ruangan panjang, cukup 6-8 meter cukup untuk bolak balik. So nggak ada alasan lagi untuk tidak lari #kecuali untuk cari dalih bagi rasa malas. :D

Atur nafas
Yang paling kerasa dari program lari ialah soal mengatur nafas. Yang saya dapatkan, 1) nafas tidak ngos-ngosan 2) usai lari tidak kecapekan 3) selama lari dan sesudahnya tidak pusing.

Tentu saja, ini terkait teknik lari yang saya dapatkan dari browsing di internet. Dari blogger yang aktif di parkour, saya berterimakasih karena memperkenalkan soal teknik bernafas, irama kaki dan latihan lari interval. Artikel yang saya intip ada disini. Panjang lebar dibahas disitu.

Intinya dan saya tambahin dari pengalaman:
1. SATU kali tarik nafas melalui HIDUNG,  untuk DUA kali ayunan kaki.
2. Tahan nafas itu dalam SATU ayunan kaki.
3. Buang nafas dalam DUA-TIGA kali ayunan kaki.

So, ambil nafas-buang nafas juga tidak terburu-buru. Awalnya pasti 'kagok', karena nggak terbiasa. Malah kita bener-bener sengaja menghitungnya.

Karena belum terbiasa, sering kali setelah beberapa ratus meter, kita lupa dengan pengaturan nafas dan langkah itu. Jika demikian, ulangi lagi. begitu terusss.

Nggak papa kalau belum terbiasa, yakinlah, setelah dua kali sesi lari, kebiasaan itu akan menyatu dan kita dapat feeling.

Hidung atau mulut?
Oya, sedikit share soal nafas. Dalam beberapa obrolan maupun artikel dan pertanyaan yang hilir mudik di internet ialah soal bernafas pakai hidung atau mulut.

Saya sendiri memilih, mengambil nafas dari hidung dan mengeluarkannya melalui mulut. Pertimbangannya, seperti oleh kawan pegiat parkour di link di atas, teknik ini mencegah hiperventilasi.

Arus nafas yang melalui satu jalur akan menyebabkan panas di saluran pernafasan. Sederhananya, karena aliran nafas 'menggesek' terus menerus. Beda kalau tarik nafas lewat hidung dan buang nafas melalui mulut. Keduanya dapat bergantian istirahat hehehe.


Sebelum mempraktikannya pun, hal ini memang sepertinya logis. Nah, setelah melakukannya, teknik ini memang terbukti sangat terasa membantu saya.

Sebaliknya, memang, beberapa artikel di media online dan dikutip oleh beberapa blogger, menganjurkan mengambil nafas lewat hidung dan mengeluarkannya juga lewat hidung. Saya pernah melakukan teknik ini, dan bagi saya, kombinasi hidung dan mulut terasa lebih baik. Bagi saya sih.

Nah, sebelum bingung milih yang mana. Praktikkan saja dulu keduanya dalam berlari (bukan pada posisi duduk dikursi menghadap layar PC/Lapy/gadget hehehe). Dan lantas baru menarik kesimpulan :D

+++
Sekian dulu, nutup lapy, bikin susu hangat, bobok, besok pagi lari lagi. :D


4 comments: