Monday, January 20, 2014

Dheg-dhegan Tanjung Enim-Bandara Palembang

Yang paling nggak enak itu adalah nggak bisa masti'in sesuatu dan yang kedua adalah terburu-buru.
Kalau dua-duanya digabung, di-mixer, dicampur, dikawinkan hasilnya:: dheg-dhegan :/

Senin ini saya pulang dari rumah mertua di Tanjung Enim, Sumatra Selatan ke Jakarta. Menggunakan jalur darat hingga Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembangdan diteruskan pesawat udara.

Yang bikin sewot, sudah terjadi sejak pagi. Travel yang janjinya menjemput jam 6, eh ternyata baru nongol di depan rumah jam 7. Errggghhhh....

Ketika mengisi bensin di SPBU Muara Enim, saya sempetin nanya ke om sopir.

"Kalau sampai bandara jam 12 bisa ga, om?"
"Wahhh gak biso!"

Wadhuhhhh... Kok kemarin resepsionis si travel bilangnya, "Pesawat jam satu siang kan? Ohh bisa-bisa kok, kita jemput jam 6 ya."

Jadi deh, sepanjang jalan was-was. Bakalan telat nih, terlambat neh, ketinggal pesawat. Lalu, tiket hangus, beli tiket lagi. Hadooohhhh...

Travel Srikandi Tanjung Enim - Palembang pp


Ya ga papa sebenarnya kalau risikonya beli tiket untuk penerbangan sore. Yang nggak enak ya dheg-dhegan sepanjang jalan.

Jam 10, ketika berhenti 15 menitan di RM Siang Malam Prabumulih, saya sempet kepikiran menelpon Lion Air untuk pembatalan tiket lalu minta dicarikan jadwal terbang sore.

Tapi, saya juga nggak yakin, masih bisa nggak ya membatalkan tiket karena sisa waktunya hanya 3 jam sebelum terbang.

Akhirnya lanjut lagi masuk mobil. Selama perjalanan 100 km Prabumulih hingga masuk Kota Palembang, nggak terhitung saya melirik jarum pendek dan jarum pendek jam tangan.

Sampai di tugu perbatasan Kota Palembang, di rambu penunjuk tertulis: Palembang 20 KM. Posisi jam 11.30.

Dengan jadwal terbang sesuai tiket jam 13.15, paling lambat saya harus nyampai konter check-in 30 menit sebelumnya alias 12.45.

Nah di depan sana, sepanjang jalan debu-debu beterbangan dihembuskan roda- roda mobil pribadi yang berbaris mepet dengan bis AKAP, truk tronton dan truk tanah. Menjelang masuk kota saja lalu lintas sepadat ini, gimana dalam kota.

11.50, mobil sampai di simpang Ampera dan benar saja, harus berbaur intim dengan kendaraan lainnya. Apalagi sedang ada proyek konstruksi fly-over. Mobil merayap hingga di atas Jembatan Ampera, merayap bersama doa yang dipanjatkan: semoga kepadatan yang hampir dibilang macet ini terurai di seberang jembatan :))

12.15 alhamdulillah, kami lepas dari gencetan lalu lintas Palembang dan masuk ke jalan yang lebih kecil. Keluar lagi ke jalan besar, mampir pool mobil travel untuk ganti sopir.

Harapan kembali terbuka ketika sopir pengganti ngabsen satu-satu: turun dimana? Ternyata yang ke bandara dua, saya dan penumpang kursi depan.

"Buruan ya Pak, pesawat jam satu nih," kata mbak penumpang seperti mewakili hak suara saya :)) #EmangPemilu?

Sopirnya sih ngangguk-angguk saja. Tapi bagi orang yang lagi harap-harap cemas, anggukan selemah apapun ya tetap jadi sebuah harapan :| amien.

12.18 mobil kembali jalan. Dan dilalah, si sopir menengokkan kepala ke belakang. Pandangan matanya dilempar bukan ke saya atau ke penumpang depan, kali-kali aja ngasih kepastian mau mengantar ke bandara duluan.

Oalah ternyata dia nanya ke penumpang paling belakang. Jadi deh mobil keluar-masuk jalan-jalan kampung mengantar si penumpang. Untung nggak lama sudah sampai tujuan.

12.25 mobil melaju lagi ke jalan besar, dan lewat RS Bayangkara. ... Waaa ini pasti ke arah bandara, kata saya dalam hati sembari mengingat-ingat gedung-gedung yang biasa saya lewatin dari dan ke bandara.

Ternyata tidak, sodara-sodara. Mobil masih harus menurunkan sepasang penumpang. Saya sudah pasrah.

12.36 alias 9 menit sebelum konter check-in tutup. Pedal gas mobil yang berisi dua penumpang tujuan bandara pun ditekan abis oleh si sopir.

Berkali-kali dia ngomel ketika ada motor yang berjalan terlalu ke tengah atau mobil berputar arah. Bodi Avanza terasa sekali limbung ketika melaju kencang di kelokan.

12.40 mobil berbelok masuk ke kawasan bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Namanya juga bandara, jarak pintu masuk kawasan hingga kompleks geedung bandara jauh, nggak kayak terminal bis :)

+++
Gas pol!
Sebelum kelokan ke kanan, saya sempatkan melongok jarum spedometer di balik kemudi: 100 km/jam.

Eh lha kok pas di tikungan, bukannya dia mengendorkan gas tetapi malah nginjek gas makin dalam. Ngebut benerrrr....

12.42 mobil sudah berhenti dengan manis di selasar pintu keberangkatan. Hufffttttt....

Lega? Pasti, tapi lebih lega lagi kalau saya sudah saksesss check-in. Di layar monitor, status penerbangan untuk JT-345 adalah open check-in. Aseekkk pas banget, apalagi mbak-mbak petugas konter masih menerima tiket saya.

Segera saya BBM istri saya yang masih liburan di Tanjung Enim bareng Kaka, mengabarkan kalau sudah 'aman' a.k.a nggak ketinggalan pesawat di bandara.

Oya, saya ke Sumsel ini dalam rangka mengantar istri dan Kaka berkunjung ke rumah Ibu di Tanjung Enim. Tiba di rumah Jumat kemarin, Senin ini saya pulang duluan ke Jakarta dan mereka menikmati oksigen yang lebih berkualitas di sana selama satu bulan ke depan :)

+++
Pakai maskapai apa sih?
Berarti cerita ini happy-ending ya? Kalau hitungannya saya jadi ikut terbang, sih iya.

Tapi kalau menyoal ketepatan waktu seperti tertera di tiket, ya nggak hepi banget.

Setelah dipersilakan mengambil jatah satu teh kotak dan Tango cocopandan, saya dan ratusan penumpang JT-345 baru masuk kabin pesawat jam 14.18 dan terbang jam 14.35.

Delay satu jam lebih to? Bener banget! Kan pakai Lion Air he:he:he :)





No comments:

Post a Comment